Kali ini saya sedang ingin menulis mengenai cerita 2 (dua) tahun silam yaitu 2010, ketika posisi saya di perusahaan tempat bekerja ini masih berstatus training atau OJT (On The Job Training). Pada saat itu memang suasananya sangat terasa kurang menyenangkan, apalagi ketika saya menghadapi Telaah staf yang merupakan salah satu syarat untuk menjadi pegawai tetap di perusahaan ini. Masa training saya sudah hampir mendekati batas limit dan harus segera dapat menyelesaikan Telaah staf, persis seperti Tugas akhir kuliah namun bedanya pengujinya nanti adalah General Manager, Manager dan lain-lain intinya yang sudah memiliki jabatan di jajaran manajemen unit saya.
Waktu itu saya merasa kurang berekspresi atau bingung cara mengungkapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya pada saat melalui prosesnya. Sehingga hari ini dengan kerendahan hati, saya akan mencoba mengekspresikan rasa yang tidak dapat diungkapkan tersebut melalui tulisan ini. Entah kenapa, saya sangat sulit berekspresi dalam mengungkapkan perasaan di dunia nyata secara sikap atau lisan.
Waktu untuk pembuatan Telaah Staf sudah sangat mepet, sedangkan saya masih mencari-cari judul-nya. Pada saat proses saya mencari judul itu, sungguh tidak disangka banyak sekali hambatan dan konflik baik dengan orang-orang bahkan dengan objek masalah yang akan diambil sebagai judul itu sendiri. Setiap hari saya selalu bertanya atau berdiskusi dengan senior-senior, namun selalu tidak ada atau belum ada jalan keluar (masih bingung menentukan judul yang akan diambil). Ketika itu hampir putus asa, tidak ada harapan dan spertinya mau menyerah. Namun Allah SWT itu memang selalu berada disamping kita, tidak disangka senior saya yang paling baik itu namanya bang Ucok memberi tahu bahwa ASMAN (Assisten Manajer) Enjiniring membutuhkan orang yang bisa menghitung HVAC sebagai perbandingan hasil perhitungan Vendor, karena menurut beliau perhitungannya tidak masuk akal.
Berkat dukungan dan semangat dari Bang Ucok, akhirnya saya dikenalkan dengan ASMAN Enjiniring namanya pak Dian Lande. Ketika itu saya merasakan deg-deg-an, takut, sungkan, pokoknya sangat ga karuan bahkan keluar keringat dingin. Akhirnya saya bertemu juga denga Pak Dian Lande tersebut, ternyata tidak seperti bayangan dan duagaan saya sebelumnya. Beliau begitu bersahaja, baik, muda, asik, down to earth, diskusinya mengalir, santai, ah begitu banyak hal positifnya. Senang bisa mengenal beliau, sharing, diskusi dll, sehingga telaah staf saya pun siap di garap dengan target 1 (satu) bulan ha...ha...ha...
Setelah mendapatkan judul untuk telaah staf, target selanjutnya mencari referensi. Yes, kali ini saya harus memutar otak dan browsing tentunya, tujuannya mencari literatur dan mencari tahu siapa yang mempunyai referensi lengkap mengenai HVAC. Setelah mencari-cari referensi literatusr dan lain-lain, tiba-tiba saya teringat sama sosok wanita baik, cantik, putih, imut-imut, mempunyai paras indo (punya darah campuran) dan waktu masa-masa kuliah pria banyak yang menyukai dia, sosok wanita itu mempunyai nama Iztia Malina. Saat itu saya sangat tidak ragu menghubungi dia karena berfikiran siapa tau dapat memberikan pencerahan, keputusan tidak meleset alias tepat sasaran ternyata. Sekali saya hubungi, dia merespon sangat baik dan sangat membahagiakan. Bayangkan dia bekerja di Jakarta, tapi disela-sela waktu kerjanya dapat mengirim email bahkan ketika libur dapat mengirimkan referensi berupa hard copy juga melalui TIKI atau Pos saya sudah lupa. Ah...sungguh saya sangat berterima kasih sama wanita yang bernama Iztia Malina ini.
Referensi sudah satu persatu diperoleh dan lembar demi lembar telaah staf saya kerjakan. Referensi dari Iztia Malina itu memang sangat membantu sekali, tapi ternyata masih kurang cukup untuk dapat menyelesaikan Telaah Staf saya. Selain itu juga saya sering berdiskusi dengan Aneu seorang perempuan yang manis yaitu teman skaligus sudah menjadi sahabat yang sama-sama sedang menghadapi Telaah Staf dan memiliki Judul membahas materi yang sama. Terima kasih aneu, meskipun kita berbeda Pulau, tapi tidak menghalangi kita untuk dapat berbagi. Suatu ketika entah bagaimana prosesnya, karena semua usaha yang telah dilakukan belum cukup untuk menambah referensi, kemudian saya memutuskan untuk meminjam buku referensi di Perpustakaan UI. What UI....bagaimana caranya?
Campur tangan Allah SWT kembali sangat berperan, tidak susah ternyata, waktu itu kebetulan saya punya kenalan yang sedang melanjutkan kuliah di UI. Dia adalah teman yang kenal melalui teman saya, ribet menjelaskannya. Setelah minta tolong, akhirnya saya bertemu dan janjian sama dia di UI. Pertama ketemu orangnya menyenangkan dan asik. waktu itu saya malah merasa ga enak hati dan ga karuan karena merasa sudah merepotkan, sangat sulit untuk diungkapkan.Maklum waktu itu adalah hari sabtu dan minggu, waktunya dia untuk beristirahat dari rutinitas kerja dan kuliahnya.Sebetulnya, ketika itu dia selalu memberi support, dan kita sering bertukar fikiran dan lain-lain. Sepertinya kita sudah layaknya seorang sahabat yang selalu meperhatikan dan selalu bercerita satu sama lain.
Telaah staf saya lalui prosesnya sangat tidak mudah, bersama-sama saya yang kala itu satu angkatan dengan mas Micky sabar menjalaninya. Sebelum kita dapat panggilan untuk sidang, kita harus melalui proses bimbingan yang dijalani seharian sampai malam dengan pembimbing kami ASMAN Pemeliharaan yang bernama Pak Tumindang. Tapi, ternyata hasilnya tidak mengecewkan dan tidak ada hambatan. Sidang berjalan dengan lancar tanpa komentar yang berat atau revisi yang banyak. Rileks, santai dan penuh kehangatan sepertinya waktu sidang. Meskipun, keringat dingin sempat kluar dan jantung rasanya ingin copot kala itu. Akhirnya, saya, mas Micky, A Galih dan Mas danang lulus juga. Mereka adalah satu angkatan dan satu manajemen dengan saya kala itu, namun hanya mas Micky yang satu unit. Disela-sela saya dan mas micky masuk kerja sabtu minggu, akhirnya hasil revisi yang sudah di setujui pembimbing selesai dan kami jadikan buku Telaah Staf tersebut. Senang rasanya bisa mengenal mereka waktu menjalani masa-mas OJT tersebut, terima kasih banyak untuk rasa berbagi, motivasi bahkan sering mendengarkan curhatan-curhatan saya.
Kembali ke dia, tidak jelas penyebabnya intensitas silaturahmi kita waktu itu semakin lama semakin kendor setelah saya berhasil menyelesaikan telaah staf hingga akhirnya diangkat menjadi pegawai tetap. Setelah saya sapat melalui sidang telaah staf yang mendebarkan dan mendapat SK penganggkatan, ternyata pekerjaan saya menjadi bertamabah sibuk. Akibatnya, kita mempunyai keterbatasan waktu untuk selalu bercengkrama bahkan hanya sekedar telphon berlama-lama.
Telaah staf saya lalui prosesnya sangat tidak mudah, bersama-sama saya yang kala itu satu angkatan dengan mas Micky sabar menjalaninya. Sebelum kita dapat panggilan untuk sidang, kita harus melalui proses bimbingan yang dijalani seharian sampai malam dengan pembimbing kami ASMAN Pemeliharaan yang bernama Pak Tumindang. Tapi, ternyata hasilnya tidak mengecewkan dan tidak ada hambatan. Sidang berjalan dengan lancar tanpa komentar yang berat atau revisi yang banyak. Rileks, santai dan penuh kehangatan sepertinya waktu sidang. Meskipun, keringat dingin sempat kluar dan jantung rasanya ingin copot kala itu. Akhirnya, saya, mas Micky, A Galih dan Mas danang lulus juga. Mereka adalah satu angkatan dan satu manajemen dengan saya kala itu, namun hanya mas Micky yang satu unit. Disela-sela saya dan mas micky masuk kerja sabtu minggu, akhirnya hasil revisi yang sudah di setujui pembimbing selesai dan kami jadikan buku Telaah Staf tersebut. Senang rasanya bisa mengenal mereka waktu menjalani masa-mas OJT tersebut, terima kasih banyak untuk rasa berbagi, motivasi bahkan sering mendengarkan curhatan-curhatan saya.
Kembali ke dia, tidak jelas penyebabnya intensitas silaturahmi kita waktu itu semakin lama semakin kendor setelah saya berhasil menyelesaikan telaah staf hingga akhirnya diangkat menjadi pegawai tetap. Setelah saya sapat melalui sidang telaah staf yang mendebarkan dan mendapat SK penganggkatan, ternyata pekerjaan saya menjadi bertamabah sibuk. Akibatnya, kita mempunyai keterbatasan waktu untuk selalu bercengkrama bahkan hanya sekedar telphon berlama-lama.
Jujur, saya sebagai wanita teknik yang basic pergaulannya selalu dengan pria-pria sehingga tidak pernah dapat langsung merasa jika ada sesuatu diantara kedekatan saya dengan pria. Jadi, meskipun kita sudah sangat dekat namun saya belum mau meneruskannya ke dalam hati. Pernah suatu waktu diminta untuk menulis tentang dia di Blog saya terdahulu, namun saya tidak pernah sempat. Entah kenapa?, selalu saja ada hambatan untuk saya menulis waktu itu.
Pada saat hubungan saya dan dia yang semakin renggang, dia sempat mengajak untuk kembali bertemu di Jakarta. Tapi, lagi-lagi hal itu tidak dapat dipenuhi oleh saya. Bukan karena tidak mau atau hanya alasan, namun entah kenapa benar-benar tidak ada waktunya untuk saya dapat berkunjung ke Jakarta bahkan sabtu dan minggu kala itu. Kembali saya merasa sudah mengecewakan dia yang sebetulnya sudah membantu, mendukung dan selalu menyisihkan waktu untuk berbincang sama saya.
Disela-sela silaturahmi kita yang masih terjalin dia sempat bilang kata-kata yang sampai saat ini saya masih berfikir apa maksudnya?. Dia bilang gini " kalau kamu sekarang sperti ini, apakah kamu bisa menjadi ibu rumah tangga?". Seperti ada petir menyambar kala itu, dalam hati saya berkata "bahwa ketika saya nanti berkeluarga pastilah yang nomor satu itu keluarga". Tertegun, namun saya tidak ingin menanyakan juga kenapa ada kata-kata itu, kerena waktu itu sudah sangat terlalu mengena dihati.
Sekarang, lupa tepatnya semenjak kapan? kita sudah sangat tidak berkomunikasi dan bersilaturahmi. Bukan karena berantem atau yang lain-lain, spertinya waktu itu mengalir begitu saja. Mungkin, kita sudah menemukan kehidupan masing-masing yang baru. Tapi, disini saya sangat ingin berterima kasih sama dia yang pernah sangat mensuport, menolong, membantu dan menjadi teman yang baik untuk saya.
Disela-sela silaturahmi kita yang masih terjalin dia sempat bilang kata-kata yang sampai saat ini saya masih berfikir apa maksudnya?. Dia bilang gini " kalau kamu sekarang sperti ini, apakah kamu bisa menjadi ibu rumah tangga?". Seperti ada petir menyambar kala itu, dalam hati saya berkata "bahwa ketika saya nanti berkeluarga pastilah yang nomor satu itu keluarga". Tertegun, namun saya tidak ingin menanyakan juga kenapa ada kata-kata itu, kerena waktu itu sudah sangat terlalu mengena dihati.
Sekarang, lupa tepatnya semenjak kapan? kita sudah sangat tidak berkomunikasi dan bersilaturahmi. Bukan karena berantem atau yang lain-lain, spertinya waktu itu mengalir begitu saja. Mungkin, kita sudah menemukan kehidupan masing-masing yang baru. Tapi, disini saya sangat ingin berterima kasih sama dia yang pernah sangat mensuport, menolong, membantu dan menjadi teman yang baik untuk saya.
Saya menulis sekarang karena saya tidak ingin melupakan jasa-jasa mereka yang sudah membantu di saat-saat masa sulit dan mendukung saya. Sayangnya sampai sekarang saya tidak tau bagaimana saya dapat bertemu mereka dan dia hanya sekedar untuk mengekspresikan rasa ucapan terima kasih.
Tidak lupa saya sangat berterima kasih kepada Allah SWT, Keluarga, sahabat dan teman-teman untuk support, doa dan semangatnya untuk saya.
Terima kasih untuk semuanya...
Terima kasih untuk semuanya...
No comments:
Post a Comment